---------------------Kisah
Nyata 1----------------------------
Dan butiran pepasir itu pun
menangis, saat rintihan Yasir bergelung di langit menahan pedihnya
siksaan. Langitpun mendung tak kuasa menahan murungnya, ketika Summayah
merapatkan kedua bibirnya.
Sesaat kemudian gerigi atasnya
mencengkeram kuat-kuat bibir bawahnya. Setetes air mata tak nampak dari sudut
matanya meski ribuan tetes darah menghiasi nyaris seluruh raganya.
Satu persatu nafas Yasir, dan
Summayah meninggalkan jasad ringkihnya, senyum kemenangan kedua orangtua Amr
bin Yasir Radliallahu'anhu itu melambaikan tangan menyambut panggilan
lembut para bidadari Surga.
Beberapa hasta dari dua jasad itu,
seorang pemuda belia tengah menghadapi maut untuk menapaki langkah kedua
orangtuanya. Bibirnya bergetar & tak henti menyebut nama agung Tuhannya…
Allah
Azza wa jalla
Ya, dia adalah Amr bin Yasir
Radliallahu'anhu, meski sebagian orang sempat meragukan keimanannya,
tapi di kemudian hari ia justru menjadikan dirinya sebagai tameng Rasulullah
Shalallahu'alaihi wa sallam diberbagai kesempatan.
----------------------------------Kisah
Nyata 2--------------------------------------------
Menjelang perang Uhud dimulai ia
bersama suaminya, Zaid bin Ashim Radliallahu'anhu & kedua putranya, keluar
ke bukit Uhud.
Lalu Rasulullah Shalallahu'alaihi wa
sallam bersabda kepada mereka, "Semoga Allah memberikan berkah kepadamu
semua."
Setelah itu perempuan ‘bidadari
perang Uhud’ itu berkata kepada Rasulullah."Ya Rasulullah, berdo'alah
kepada Allah semoga kami dapat menemani engkau di surga kelak!"
Lalu Rasulullah berdo'a, "Ya
Allah jadikanlah mereka itu teman-temanku di Surga."
Maka perempuan itupun berkata
lantang, "Aku tidak akan mempedulikan persoalan dunia yang akan menimpa
diriku!!"
Dialah Ummu Amarah Nusaibah binti
Ka'ab Al Maziniay Radliallahu'anha. Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam
menobatkannya sebagai bidadari surga karena perannya membela Rasulullah saat
pasukan muslimin terdesak pada perang Uhud.
Bersama Mush'ab bin Umair
Radliallahu'anhu, Nusaibah menghadang Qam'ah, orang yang dipersiapkan membunuh
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam dalam perang tersebut.
Dua belas
tusukan menghiasi tubuhnya & salah
satunya mengenai leher Nusaibah. Bilah-bilah pedang yg satu persatu menghujami
tubuhnya, serta barisan anak panah yang menghias tubuhnya, dirasainya sebagai
sentuhan lembut para penghuni Surga.
Darah mengalir dari setiap inci
tubuhnya & menjadi saksi tak terbantahkan untuk memuluskan jalannya ke
surga Allah. Debu-debu dibukit Uhud pun terharu menerima dentuman tubuhnya, tak
henti-hentinya milyaran debu itu bersaksi akan harumnya wangi surga dari tubuh
perempuan mulia itu. Allaaaahu Akbar…
-------------------------------Kisah
Nyata 3----------------------------------------
Adalah Mush’ab bin Umair
Radliallahu'anhu, aroma mewangi sudah tercium persis di depan hidung meski
pemuda tampan itu masih berada puluhan meter jauhnya.
Pakaian terbaik, terbagus, terindah,
dan termahal yang tidak pernah dimiliki siapapun di tanah Makkah. Ketampanannya
tak terkira, dan siapa saja memandang pasti terpesona, bahkan para lelaki pun
merasa iri.
Siapa yg tak mengenalnya, pemuda
perlente anak seorang bangsawan yang kesohor. Tetapi.. bukan itu yang
membuatnya tercatat dalam sejarah manusia mulia, pengikut Muhammad Shalallahu
'alaihi wa sallam..
Begitu terucap dari mulutnya kalimat
Syahadat, bertambah wangi-lah setiap sisi rongga mulutnya, wajah yg tampan
semakin bersinar penuh cahaya kemuliaan. Meski tak lagi ia mengenakan gamis
kebangsawanan, walau ia terpaksa harus menanggalkan semua atribut yg menjadi
simbol-simbol kebesaran.
Mush’ab Radliallahu'anhu tetap
tampan, kharismatik & menjadi teladan bagi pemuda dimasanya. Terlebih saat
ia dipercaya sebagai duta pertama Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam ke
Madinah.
Cita-citanya untuk tetap bersama
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam di Surga kelak, di amini oleh seluruh
isi langit dan bumi, karena seorang pemuda kaya raya nan tampan itu syahid
dengan tubuh penuh lubang & sayatan. Ia menjadi tameng Rasullullah
Shalallahu'alaihi wa sallam dan memegang teguh bendera kaum Muslimin pada
perang Uhud.
Meski darah & debu membaluti
wajah & tubuhnya, hingga kain kafannya hanyalah sehelai kain yang tidak
cukup untuk menutupi jasadnya. Dan siapakah yang bisa melepaskan bayang-bayang
kharismanya?
-------------------------------Kisah
Nyata 4------------------------------------
Adalah seorang budak hitam legam
dari Negeri Habasyah (Ethiopia yg hingga kini terus dicengkeram kelaparan).
Bertahun-tahun menjadi budak,
diinjak-injak, dicaci, diludahi, bahkan dihalalkan darahnya untuk dibunuh oleh
sang majikan. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat derajat Bilal
bin Rabbah Radliallahu'anhu dengan Islam.
Hidayah Allah Subhanahu wa ta'ala justru
turun kepada manusia yg dihinakan oleh manusia lainnya, Hidayah
tidak turun kepada bangsawan berkulit putih nan gagah, ..Abu Lahab.
Dan Allah Ta'ala telah tetapkan
keputusannya kepada seorang budak hitam yang orang mensebandingkan hitamnya
seperti arang.
Sesungguhnya hitamnya Bilal bin
Rabbah Radliallahu'anhu lebih putih berseri, memancarkan kemilauan dihadapan
Allah Ta'ala, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam & kaum mukminin.
Saat sang majikan Suhail,
menindihkan batu besar dan panas diatas tubuh budak itu, hanya kata, “Ahad,
Ahad …” yang keluar dari bibirnya hingga kemudian seorang sahabat
membebaskannya.
Jika boleh & bisa batu itu
berbicara, mungkin ia akan berteriak lantang menolak menindih tubuh mulia itu,
atau bahkan batu itu akan memilih hancur berkeping-keping, ketimbang harus
menjadi perantara tangan Suhail utk menyentuh kulit Bilal. Adakah alasan
surga tak menginginkan budak hitam ini menjadi salah satu penghuni
terhormatnya?
Dan batu-batu pun iri, debu-debu pun
menangis, para cemeti itu menjadi cermin keikhlasan. Bilah-bilah pedang menampung
tetes air mata & darah yang kelak sebagai pemulus jalan membentang menuju
surga, bahkan ujung tombak & mata anak panah bersaksi, betapa orang-orang
itu mulia karena perjuangan & keteguhannya.
Mereka tak pernah mencari surga,
akan tetapi surga betul-betul menanti mereka untuk menyinggahi setiap
singgasananya, mengarungi riak-riak sungai kautsar yg diatasnya berbagai buah
segar & menawan menanti untuk dinikmati. Tak lupa, bidadari-bidadari cantik
nan bermata jeli, membuka tangannya menyambut kehadiran manusia-manusia yg
seluruh penghuni langit memujinya.
***
Nah, saudaraku............
Pada tulisan kali ini bukanlah
pengorbanan yg mau kita renungkan.. Tapi kali ini,saya ingin
menekankan bahwa penderitaan kita-lah penentu dari segala kesuksesan yang akan
kita terima.
Sekali lagi, bahwa berjalan di muka
bumi sama dengan berjalan diatas batu kerikil tajam yang setiap saat akan
menghunus telapak kaki ini. Jika tidak kita lengkapi diri ini dengan kesiapan,
dan ketahanan yang luar biasa, tentu takkan jauh jalan yg bisa ditapaki.
Hidup pasti akan selalu beriringan
dengan kesulitan, akan tetapi tak pernah Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan
kesulitan tanpa diciptakannya pula pintu keluarnya.
Dan bukanlah maksud Allah Subhanahu
wa Ta'ala membuat sulit hidup manusia, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala juga
memberikan petunjuk-petunjuk-Nya. Tapi sekali lagi, mengikuti petunjuk itu pun
bukannya tanpa cobaan.
Hanya dengan keteguhan &
perjuangan, semua akan bermuara pada kebahagiaan. Sayangnya, sedikit sekali
dari kita yang kuat bertahan pada cobaan.
Tidak jarang, untuk meniti jalan
kebenaran, teramat banyak pengorbanan yang mesti dilakukan. Tetapi dasar
manusia, lebih banyak promosi dan koarnya ketimbang penderitaan nya yang belum
seberapa, padahal kita sama sekali belum diuji sedangkan syarat kita masuk syurga adalah dengan di beri cobaan atau musibah,sesuai dengan firman Allah SWT :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu?” (Al-Baqarah: 214)
Bahkan belum sama sekali tiba ujian yang sesungguhnya. Yang
saat ini kita hadapi dan jalani baru riak-riak di pinggir pantai sebelum kita
benar-benar mengarungi lautan yang penuh ombak serta karang yg menghancurkan.
Coba periksa, di bagian mana dari
tubuh ini yang tercabik-cabik penuh darah sebagai bukti atas besarnya
penderitaan yang anda rasakan?! Hmm.. bahkan kita masih enggan untuk menukar
sedikit saja yang kita miliki dengan ujian dan cobaan.
Ujian Itu belum terbukti! Hingga suatu saat kita dihadapkan pada satu pilihan, mati
dengan torehan tinta emas kemuliaan, atau tetap hidup diatas perisai
kehinaan...
Dan suatu saat nanti, akan terbukti!
Bahwa hidup ini akan berakhir pada
ketetapan atas kebenaran atau sebaliknya, disaat kehormatan pun berpaling.
Apakah Allah Ta'ala tidak meminta pertanggung jawaban atas apa yang telah
kalian lakukan?
Adakah SURGA - NYA Mau menerima manusia tampan, cantik, kaya raya, yang gelar-nya
bertumpuk namun berakhir pada kenistaan?