Wednesday, June 13, 2012

Sabarku itu (Tak) Berbatas !

0 comments
Kata orang, “Sabar itu ada batasnya”, atau “Habis sudah kesabaranku!”, “Masak disuruh sabar terus??”.
Maka katakanlah, “Dalam Islam, sabar itu tidak ada batasnya. Dan nasehat yg paling baik dan sangat berharga adalah nasehat utk bersabar.”

Pemahaman kita jika sabar ada batasnya,maka cenderung membuat kita merasa lemah dan sulit untuk tegar dalam menjalani permasalahan yang pada dasarnya datang dari Allah.Batin kita akan merasa kerdil dan cenderung akan lepas kontrol dengan sebuah alasan "Sabar itu ada batasnya"


Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang mukmin yang tertusuk duri kemudian bersabar dan mengharap pahala dari Allah, kecuali Allah akan hapuskan dosa-dosanya pada hari kiamat.” (HR Ahmad No 8851)

Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan. Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan. (HR Ahmad No 2666)

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian “nrimo”, ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.

Nasehat "Bersabar" adalah nasehat yang paling baik dan utama
Dan jika ada saudara kita yang sedang tertimpa musibah atau masalah hendaknya kita menasehatinya supaya bersabar,agar mendapatkan tuntunan dari Allah karena memang segala cobaan,musibah serta masalah datangnya dari Allah.Seperti firman Allah berikut ini;


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (Al-Baqarah: 214)



Berikut ini adalah salah satu kisah jaman Rosulullah tentang bukti nasehat "bersabar"


Ketika diutusnya Rosululloh untuk menyampaikan kebenaran dari Allah dan mengeluarkan manusia dari gelapnya kesesatan yang menyelubungi kehidupan mereka. Berita tentang datangnya Nabi baru itu tak lepas juga dari perhatian ‘Ammar bin Yasir. Kemudian dengan rasa penasaran ia mendatangi Rosululloh di rumah Arqom bin Arqom dan mendengarkan langsung wahyu yang diturunkan kepada beliau . Hatinya pun tertambat dan merasakan ketenangan yang tiada tara, yang menjadikan Allah membuka hatinya untuk memeluk Islam. Setelah membaca dua kalimat syahadat, ia langsung menemui ibunya, Sumayyah, dan menawarkan agama baru itu kepada ibunya. Gayung pun bersambut, hati wanita tua yang telah lama kosong itu pun disinari cahaya Ilahi. Tanpa keraguan sedikit pun, begitu juga suaminya, Yasir, yang juga bersegera menyambut ajakan putranya untuk memeluk Islam.

Maka bergabunglah keluarga yang bersahaja itu dalam bahtera Islam, yang pada masa itu para pengikutnya sangat terkekang dan disudutkan, terutama bagi mereka dari golongan rendah seperti keluarga Yasir.
Mendengar berita keislaman keluarga Yasir, orang-orang musyrikin, terutama Bani Makhzum, menjadi murka dan berang. Bila sahabat Rosululloh yang lain, seperti Abu Bakar, terlindungi oleh kaumnya karena kedudukannya, maka keluarga Yasir dan Sumayyah setelah Bani Makhzum menabuhkan genderang perangnya terhadap Islam, tak ada lagi yang dapat melindungi mereka dari hinaan dan siksaan kaum kafir Quraisy. Hanya Allah-lah yang dapat melindungi mereka dari segalanya. Tidaklah seseorang dikatakan beriman kecuali setelah diuji dan diberi cobaan dalam agama dan kehidupan mereka. Jika mereka mampu bersabar maka mereka itulah orang-orang yang benar dan tulus keimanannya.

Itulah yang sekarang menimpa Sumayyah dan suaminya serta putranya. Orang-orang Quraisy tanpa rasa iba dan kasih sayang menyeret mereka di jalanan dan membawa mereka ke padang pasir di tengah terik matahari, dengan memakaikan baju besi kepada mereka untuk menambah penderitaan mereka. Setelah keringat mereka berhenti mengalir, tubuh mereka kering, dan darah mereka mulai bercucuran, mereka dipaksa untuk kembali murtad dari agama Islam dan dipaksa untuk menghina dan mencaci Rosululloh , dan memuji tuhan-tuhan mereka. Namun hati-hati yang telah mendapatkan ketenangan dan kedamaian dari petunjuk Allah itu tak bergeming sedikit pun, walau disiksa dan dibunuh sekalipun. Panasnya matahari tak lagi mereka takuti, mereka lebih takut akan siksa api neraka yang berlipat-lipat lebih panas dari panasnya matahari di dunia. Kejamnya para penyiksa tak juga mereka takuti, karena mereka lebih takut kepada Allah yang maha pedih siksanya dan berkuasa atas segala sesuatu. Makin tubuh mereka disiksa makin bertambah keimanan dan penyerahan diri mereka kepada Allah.

Rosululloh setiap kali melewati mereka, beliau berkata: “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.” Ya.. surga adalah sesuatu yang paling berharga. Sudah selayaknya sesuatu yang berharga dibayar mahal sesuai dengan nilainya, dan untuk mendapatkannya diperlukan kesabaran dan pengorbanan.

Tubuh Yasir yang sudah renta tak mampu bertahan di bawah penyiksaan, hingga akhirnya ruhnya meninggalkan dunia yang fana ini menghadap Alloh untuk mencari sesuatu yang kekal yang telah dijanjikan Allah dan Rosul-Nya.

Keadaan Sumayyah juga sangat menyedihkan. Siksaan demi siksaan ia hadapi dengan penuh kesabaran. Tak sedikit pun terbetik dalam hatinya untuk menyerah dan kembali kepada agamanya yang dulu setelah cahaya Islam menerangi relung hatinya. Abu Jahal yang melihat kekerasan hati wanita itu mendekatinya dan mengeluarkan kata-kata jorok serta menghina Sumayyah sepuasnya. Namun Sumayyah dengan tegas menjawab dengan jawaban yang membuat Abu Jahal berang dan merah mukanya. Dengan hati sangat mendongkol ia mengambil tombak dan menusukkannya ke arah kemaluan Sumayyah sehingga tembus sampai ke punggungnya. Maka berakhirlah siksaan yang diderita Sumayyah. Ia wafat dengan penuh keridhoan dan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan itu, maka tercatatlah Sumayyah sebagai syahidah (wanita yang meninggal dalam keadaan syahid) pertama dalam Islam.

Suatu ketika, ‘Ammar berkata kepada Rosululloh : “Wahai Rosululloh , siksaan yang kami derita rasanya sudah mencapai puncaknya.” Maka Rosululloh berkata kepadanya: “Bersabarlah wahai Abal Yaqdhon. Ketahuilah, tidak satu pun keluarga Yasir yang akan disiksa dengan neraka.” Dan ketika Abu Jahal terbunuh pada perang Badar, Rosululloh berkata kepada ‘Ammar bin Yasir: “Allah telah membinasakan orang yang telah membunuh ibumu.”

Lihatlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai nasehatnya untuk keluarga Yasir??
Yaitu “Bersabar…” “Bersabar…” “Bersabar…” dan terus bersabar….

Tidakkah kita melihat bahwa keluarga Yasir baru masuk Islam dan keimanannya masih lem…ah kala itu, ditambah lagi mereka harus menghadapi siksaan-siksaan yg pedih oleh kaumnya, dan keluarga Yasir berharap ada yg mau membantu atau menolongnya. Lantas kenapa Rasulullah hanya memberikan nasehat “Sabar…sabar…dan sabar”? Itu membuktikan bahwa nasehat “Kesabaran” adalah nasehat yg paling baik dan sangat berharga sekali, namun kita tidak mengetahui akan hal itu.

Orang-orang yang tidak mengerti akan hakikat Sabar, ketika dinasehati untuk bersabar, maka banyak dari mereka yg marah dan tidak menerima nasehat tersebut, dengan berkata “Sabar itu ada batasnya”, atau “Habis sudah kesabaranku!”, “Masak disuruh sabar terus??”. Bagaimana halnya jika yg memberikan nasehat itu adalah Rasulullah?

Itulah sebabnya, orang yang sabar pasti selalu disertai oleh Allâh Ta’âla.
Dan bersabarlah, sesungguhnya Allâh beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfal : 46)
Allah berfirman,
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“… dan saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat-menasehati untuk (berlaku) sabar.” (QS. Al-’Ashr : 1-3)
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran”, yaitu mengerjakan ketaatan dan meninggalkan keharaman. “Dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”, yaitu bersabar menghadapi musibah, taqdir, dan gangguan orang-orang yang menentang amar ma’ruf nahi munkar. (Tafsir Al Quranul ‘Azhim, Ibnu Katsir)

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berusaha untuk sabar maka Allah akan menjadikannya sabar, barangsiapa berusaha untuk kaya maka Allah akan mengayakannya, barangsiapa menjaga diri maka Allah akan memelihara dirinya, dan aku tidak mendapati untuk kalian rizki yang lebih lapang dari pada sabar.” 
Mudah-mudahan, di akhirat nanti mendapatkan ucapan selamat dari para malaikat:

‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (Keselamatan atas kalian oleh karena kesabaran kalian).’


Semoga kita senantiasa di beri kesabaran dalam menjalani hidup yang singkat ini..Aamiin

Leave a Reply