Tuesday, July 24, 2012

Zubair bin Awwam – Sahabat Rasulullah di Surga

0 comments
Untitled-3Janjinya kepada Nabi selalu ia tepati. Atas petunjuk Nabi ia berbakti. Dialah sang pembela sejati. Kata dan perbuatannya bagai merpati. Di jalan Nabi, ia berjalan. Membela kebenaran sebagai tujuan. Jika api peperangan sudah menyala, Dialah penunggang kuda tiada dua. Dialah pejuang tak kenal menyerah. Dengan Rasul, masih keluarga, Terhadap Islam, selalu membela. Pedangnya selalu siaga Kala Rasul dihadang bahaya. Dan Allah tak ingkar pada janji-Nya. Memberi pahala tiada terkira. (Hasan bin Tsabit).  

Setiap Nabi memiliki pembela setia, dan pembela setiaku adalah Zubair bin Awwam. (al-Hadits) 


Nasab Zubair bin Awwam dan Masa Kecilnya

Selain sebagai sahabat yang paling pertama menganut Islam, Zubair memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan Rasulullah SAW.

Nasab Zubair bin Awwam bertemu dengan nasab Nabi saw pada Qusay bin Kilab. Ibunda Zubair adalah Shafiyyah, bibi Rasulullah saw yang juga salah satu puteri Abdul Mutthalib, dan isterinya Asma binti Abu Bakar sehingga ia merupakan saudara ipar Rasulullah SAW. Sementara Khadijah binti Khuwailid yang merupakan istri Rasulullah SAW adalah bibi Zubair, sehingga dalam hal ini Rasulullah SAW merupakan pamannya.

Ayah Zubair, Al Awwam, meninggal ketika Zubair masih kecil. Ibunya, Safiyah, merupakan wanita pemberani yang sangat tegas yang menginginkan putranya juga menjadi seorang yang berani. Ia memaksa Zubair belajar dan bekerja keras agar menjadi besar dan kuat. Untuk mewujudkan hal ini, Safiyah tak segan memukuli Zubair kecil tanpa ampun.

Suatu hari, sang paman Naufil melihat Zubair tengah dipukuli Safiyah. Karena kasihan ia pun melaporkannya kepada tetua Bani Hashim, suku yang menaungi Safiyah. Ia menyatakan Safiyah berlaku sangat kejam karena memukuli putranya. Ketika hal ini terdengar oleh Safiyah, ia menyebut bahwa tindakan ini dilakukannya bukan karena kebencian, melainkan untuk mendidik Zubair agar menjadi orang yang bijaksana.
Barangkali didikan inilah yang menjadikan Zubair bin Awwam sebagai salah satu sahabat paling pemberani. Ia selalu siap menghadapi segala macam bahaya dan siap menanggung semua rasa sakit dan masalah selama awal kehadiran Islam di Mekkah.

Cerita Zubair senantiasa berjalin berkelindan dengan kisah Thalhah bin Ubaidillah. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal keturunan, kekayaan, kedermawanan, keberanian dan keteguhan memegang prinsip agama, sehingga tempat kembali keduanya pun sama. Keduanya termasuk sepuluh orang yang diberi kabar gembira dijamin masuk surga. Rasulullah saw telah mempersaudarakan keduanya, menyatu dalam hal nasab dan kekerabatan dengan RAsulullah saw. : “Thalhah dan Zubair menjadi tetanggaku di surga”, sabda Rasulullah saw.  Keduanya termasuk anggota majlis syura yang dipilih Umar bin Khaththab untuk menentukan Khalifah penggantinya.

Ciri Fisik dan Masuk Islamnya Zubair bin Awwam 

re_buku_picture_82285
Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw. Wanita ini telah menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam. Beliau termasuk salah seorang dari 7 orang yang pertama masuk Islam. Beliau memeluk agama Islam ketika dia masih berusia 15 tahun dan melakukan hijrah ketika berusia 18 tahun. Berperawakan tinggi dan berkulit putih. Namun ada juga yang mengatakan bahwa perawakan Zubair tidak termasuk sangat tinggi dan juga tidak tergolong pendek dan bukan termasuk orang yang berbadan gemuk. Ada yang mengatakan bahwa warna kulitnya sawo matang, memiliki banyak bulu badan, dan kedua pipinya tidak penuh terisi daging. Ia dikenal sebagai ahli menunggang kuda dan pemberani.

Jika masa kecil, Zubair dilimpahi kasih sayang dari sang paman, Naufil, lain halnya ketika ia sudah masuk Islam. Setelah Zubair mengucapkan syahadat, sang paman yang dulu sangat menyayanginya berubah menjadi musuh yang paling kejam. Ia bahkan menjadi lebih kejam dari Safiyah yang dulu selalu memukuli Zubair ketika kecil.

Ketika pamannya Naufal bin Khuwailid mengetahui perihal Zubair telah masuk Islam, beliau sangat marah dan berusaha menyiksanya, pernah beliau dimasukkan dalam karung tikar, kemudian dibakar, dan dia berkata kepadanya,“lepaskan dirimu dari Tuhan Muhammad, maka saya akan melepaskan dirimu dari api ini.” Namun Az-Zubair menolaknya dan berkata kepadanya, “Tidak, demi Allah saya tidak akan kembali kepada kekufuran selamanya.”

Ketika kekejaman Naufil mencapai puncaknya, dengan izin Rasulullah SAW, Zubair akhirnya meninggalkan Makkah dan berhijrah ke Abyssinia (sekarang Ethiopia). Namun ia tidak tinggal lama di kota ini. Setelah beberapa waktu ia kembali ke Makkah dan mulai berbisnis. Bisnis yang digeluti Zubair membuatnya kaya raya dan menjadi salah satu sahabat terkaya, selain Usman bin Affan.

Orang yang Pertama Menghunus Pedang di Jalan Allah

Suatu hari beliau mendengar isu yang mengabarkan bahwa Nabi Muhammad saw telah meninggal, maka dia keluar menuju jalan-jalan di Mekkah sambil menghunuskan pedangnya, dan memecah barisan manusia, lalu pergi mencari kepastian dari isu ini dan berjanji jika isu itu benar dia akan membunuh orang yang telah membunuh Rasulullah saw,

Akhirnya Zubair bertemu dengan Rasulullah saw di utara Mekah, maka saat itu Rasulullah saw berkata kepadanya, “Ada apakah engkau gerangan?” dia berkata, “Saya mendengar kabar bahwa engkau telah terbunuh,” Nabi berkata kepadanya, “Lalu apa yang akan engkau lakukan?” dia berkata, “Saya akan membunuh orang yang telah membunuhmu.” ia lebih memilih mati daripada harus hidup tanpa Rasulullah SAW. Lagi-lagi Rasul tersenyum sambil menunjuk pedang yang tengah dipegang Zubair. Rasul berkata “Inilah pedang pertama yang terhunus karena Allah SWT dan Rasulnya.”

Perjuangan Zubair dalam Peperangan bersama Rasulullah

Zubair bin Awwam pernah ikut berhijrah ke Habsyah bersama orang-orang hijrah dari kaum muslimin, dan beliau tetap tinggal disana hingga Rasulullah saw mengijinkannya untuk kembali ke Madinah. Beliau selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah saw, setelah perang Uhud dan orang-orang Quraisy kembali ke Mekah, Rasulullah saw mengirim 70 orang sahabat untuk mendampingi dirinya, termasuk di dalamnya Abu Bakar As Siddiq dan Zubair bin Awwam. (Al-Bukhari). Abu Bakar ra dan Zubair ra memimpin tujuh puluh kaum Muslim dengan sangat cerdik. Keduanya menampakkan kekuatan pasukan kaum Muslim, sehingga orang-orang Quraisy menyangka  pasukan tersebut  bagian terdepan pasukan Rasulullah saw yang datang  mengejar mereka.

Dalam Perang Khandaq, Rasulullah saw bertanya: “Siapa yang berani mencari informasi Bani Quraidzah untuk kita?” Zubair bin Awwam berkata: “Saya”. Maka ia pun berangkat. Kemudian beliau bertanya untuk kedua kalinya dan Zubair menjawab: “Saya”. Ia pun berangkat. Nabi bertanya lagi untuk yang ketiga kalinya, dan Zubair pun menjawab: “Saya”. Ia pun kembali berangkat. Maka Rasulullah saw bersabda: “Setiap Nabi memiliki pengikut setia, dan Zubair adalah pengikut setiaku dan anak bibiku.”

Pada perang Yarmuk, Zubair bertarung dengan pasukan Romawi, namun pada saat tentara muslim bercerai berai, beliau berteriak : “Allahu Akbar” kemudian beliau menerobos ke tengah pasukan musuh sambil mengibaskan pedangnya ke kiri dan ke kanan, anaknya Urwah pernah berkata tentangnya,

“Zubair memiliki tiga kali pukulan dengan pedangnya, saya pernah memasukkan jari saya didalamnya, dua diantaranya saat perang badar, dan satunya lagi saat perang Yarmuk.

Salah seorang sahabatnya pernah bercerita,

“Saya pernah bersama Zubair bin Awwam dalam hidupnya dan saya melihat dalam tubuhnya ada sesuatu, saya berkata kepadanya,”Demi Allah saya tidak pernah melihat badan seorangpun seperti tubuhmu,” dia berkata kepada saya,”demi Allah tidak ada luka dalam tubuh ini kecuali ikut berperang bersama Rasulullah saw dan dijalan Allah.”

 
Dan diceritakan tentangnya,”Sesungguhnya tidak ada gubernur/pemimpin, penjaga dan keluar sesuatu apapun kecuali dalam mengikuti perang bersama Nabi saw, atau Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab atau Utsman bin Affan.”

Saat terjadi pengepungan atas Bani Quraidzah dan mereka tidak mau menyerah, Rasulullah saw mengutus beliau bersama Ali bin Abu Thalib, lalu keduanya berdiri di depan benteng dan mengulangi kata-katanya,“Demi Allah kalian akan merasakan seperti yang telah dirasakan oleh Hamzah, atau kami akan menaklukkan benteng ini.” Rasulullah saw pernah berkata tentangnya,“Setiap Nabi punya pendamping dan penolong, dan pendamping saya adalah Zubair.” (Muttafaqun alaih). Beliau juga sangat bangga dengan ucapan Rasulullah saw saat terjadi perang Uhud dan perang Bani Quraidzah, Rasulullah berkata “Lemparkanlah panahmu yang taruhannya adalah bapakku dan ibuku”.

Aisyah pernah berkata kepada Urwah bin Az-Zubar, “Sesungguhnya kedua orang tuamu merupakan orang yang mengikuti seruan Allah dan Rasul-Nya setelah tertimpa kepada keduanya luka,” (maksudnya adalah Abu Bakar dan Az-Zubair). (Ibnu Majah).

Dalam Perang Hunain, Zubair mencerai-beraikan pasukan kaum musyrikin yang dipimpin  Malik bin Auf, pemuka Bani Hawazin.
Zubair sangat mencintai mati syahid, ia berkata: “Thalhah bin Ubaidillah menamai anak-anaknya dengan nama para Nabi, padahal telah diketahui bahwa tidak akan ada Nabi setelah Muhammad, maka aku menamai anak-anakku dengan nama para syuhada dengan harapan semoga mereka memperoleh syahadah (mati syahid)”.

Sifat dan Kepribadian Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam juga merupakan seorang yang terhormat dan mulia, selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah, Ka’ab berkata tentangnya,

“Az-Zubair memiliki 1000 macam kekayaan yang dikeluarkan untuk berperang, dan tidak ada uang satu dirhampun yang masuk kerumahnya,” (maksudnya hartanya disedekahkan seluruhnya),


Beliau mensedekahkan seluruh hartanya sampai ia mati dalam keadaan berhutang, dan mewasiatkan kepada anaknya untuk membayarkan hutangnya, dan beliau berkata kepadanya,

“Jika engkau tidak sanggup membayar hutang saya, maka mintalah tolong kepada Tuanku,” Abdullah pun bertanya,“Siapakah yang engkau maksud dengan Tuan?” beliau menjawab,”Allah, Dialah sebaik-baik pemimpin dan penolong.” Lalu setelah itu Abdullah berkata, “Demi Allah saya tidak pernah mengalami kesusahan dalam membayar hutangnya, kecuali saya berkata, “Wahai Pemimpin/pemilik Zubair bayarlah hutang Zubair,’ maka Diapun menggantinya.” (Al-Bukhari).
 
Walaupun beliau selama hidupnya selalu bersama Rasulullah saw namun beliau tidak banyak meriwayatkan haditsnya kecuali sedikit, anaknya Abdullah pernah bertanya akan sebab tersebut, maka diapun berkata,

“Walaupun antara saya dan Rasulullah saw memiliki hubungan keluarga dan kerabat namun saya pernah mendengar beliau pernah bersabda, “Barangsiapa yang berkata dusta atasku dengan sengaja, maka akan ditempatkan di neraka.’” (Al-Bukhari).

Karena itu dia sangat takut meriwayatkan hadits yang tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah saw sehingga tergelincir ke dalam neraka. 

Anak dan Istri Zubair bin Awwam

Nama Putra dan putri Az-Zubair adalah Abdullah, Urwah, Al Mundzir, Ashim, Al Muhajir, Khadijah Al Kubra, Ummul Hasan, dan Aisyah. Semua anak Az-Zubair ini berasal dari istrinya yang bernama Asma’ binti Abu Bakar. Sedangkan anak-anaknya yeng bernama Khalid, Amru, Habibah, Saudah, dan Hindun berasal dari istrinya yang bernama Ummu Khalid. Nama asli wanita ini adalah Amah binti Sa’id bin Al Ash.

Anak-anaknya yang bernama Mush’ab, Hamzah, dan Ramlah berasal dari istrinya yang bernama Ar-Rabab binti Anif bin Ubaid. Anaknya yang bernama Ubaidah dan Ja’far berasal dari istrinya, Zainab. Putrinya yang bernama Zainab berasal dari istrinya, Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu’aith. Putrinya lagi yang bernama Khadijah Ash-Shugra berasal dari istrinya, Al Halal binti Qais.

Syahidnya Zubair bin Awwam
 
lentera_2_ilust_siber_1110
Terjadilah Perang Jamal pada tahun 36 Hijriyah. Thalhah dan Zubair berdiri di satu pihak, sedangkan Ali berada di pihak lainnya. Air mata Ali ra menetes, terlebih  ketika melihat Ummul Mukminin Aisyah ra berada di atas  Unta memimpin pasukan. Ali berteriak memanggil Thalhah dan berkata :

“Wahai Thalhah, pantaskah engkau membawa isteri Rasulullah untuk berperang bersamamu, sedangkan engkau meninggalkan isterimu diam di rumah?” Lalu AIi berkata kepada Zubair: “Wahai Zubair, aku meminta jawabanmu dengan nama Allah Swt, apakah engkau ingat ketika suatu hari Rasulullah saw berlalu di depanmu dan kita berada di suatu tempat, lalu beliau saw berkata. kepadamu: ‘Wahai Zubair, apakah engkau mencintai Ali?’ Maka engkau menjawab: ‘Mengapa aku sampai harus tidak mencintai saudara sepupuku, anak paman dan bibiku, dan ia termasuk orang yang seagama denganku?’ Beliau saw berkata lagi kepadamu: ‘Wahai Zubair, demi Allah, engkau akan memeranginya, dan itu jelas bahwa engkau berlaku dzalim kepadanya.’
Zubair berkata: “Ya, aku ingat sekarang, hampir saja aku melupakannya. Demi Allah, aku tidak akan memerangimu.”

Thalhah dan Zubair menarik diri dari peperangan ini. Tetapi mereka harus membayar harga pengunduran diri ini dengan nyawanya. Zubair dikuntit dan dibunuh oleh seseorang yang bernama Amr bin Jarmuz, ketika sedang  shalat di suatu tempat yang bernama lembah Siba. Dan Thalhah dipanah oleh Marwan bin al-Hakam yang berujung pada syahadahnya.

Ketika pedang Zubair dibawa kehadapannya, Ali menciumi pedang itu dan menangis tersedu-sedu, ia berkata: “Demi Allah, inilah pedang yang mulia yang senantiasa digunakan pemiliknya untuk melindungi Rasulullah dari marabahaya.”
setelah mengetahui hal tersebut Imam Ali bin Abu Thalib berteriak dan berkata kepada pembantunya,

“Berikan kabar kepada pembunuh putra Sofiyyah dengan neraka, sungguh Rasulullah saw pernah bersabda kepada saya bahwa pembunuh Zubair adalah penghuni neraka.” (Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan At-Thobroni).

Kemudian Ali memandangi makam keduanya seraya berkata: “Kedua telingaku ini telah mendengar Rasulullah saw bersabda: ‘Thalhah dan Zubair menjadi tetanggaku di surga.”

sumber 

Leave a Reply