Friday, May 25, 2012

Pendidikan Islam

0 comments
Pengertian pendidikan Islam
Pengertian pendidikan Islam menurut bahasa Arab ada beberapa istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan pendidikan antara lain adalah at-ta’lim yang berarti pengajaran, at-tadib yang berarti pendidikan yang bersifat khusus, attarbiyah yang berarti pendidikan.(Asnelly Ilyas. Mendambakan Anak Saleh, (Bandung: Al-Bayan, 1995), hal.20.)

Menurut Abdur Rahman An-Nahlawi menjelaskan bahwa at-tarbiyah memiliki tiga asal kata, yaitu dari:

a) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh.
b) Raba-yarba dengan wazan khafiya-yakhfas, berarti menjadi besar.
c) Rabba-yarubbu dengan wazan madda-yamuddu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara.(Ibid)

Sedangkan perbedaan at-tarbiyah dengan at-ta’lim menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa at-tarbiyah yaitu: Untuk mempersiapkan dan mengarahkan potensi seseorang agar tumbuh dan berkembang. Melalui attarbiyah, dikembangkan potensi seseorang untuk mencapai tujuan yaitu “kesempurnaan”.  
At-tarbiyah menuntut pekerjaan yang teratur, kemajuan yang terus-menerus, kesungguhan, dan pemusatan pikiran pada anak untuk perkembangan jasmani, akal, emosi, dan kemauannya. Kemudian at-ta’lim hanya terfokus pada penyampaian pengetahuan dan pemikiran-pemikiran guru dengan metode yang dikehendakinya. Tujuan yang hendak dicapai dari at-ta’lim adalah mendapatkan ilmu pengetahuan dan keahlian. Sedangkan tujuan at-tarbiyah menjadikan anak kreatif.(Ibid)

Dalam hal ini menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhaimin menjelaskan bahwa dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut dangan kata “ta’lim” dan “ta’dib” mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pembimbingan yang baik (tarbiyah). 

Sedangkan menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam itu setidak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu Al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-Islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah almuslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah ‘inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-Islamiyah (pendidikan Islam).( Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2004),hlm.36.)

Menurut Muhaimin, pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam pengertian yang pertama ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut.

Menurut Mohammad fadil Al-Djamaly, pendidikan Islam adalah proses mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan juga mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).

Sehubungan dengan itu, Abdurrahman Al-Bani menyatakan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri dari empat unsur. Pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak sebelum baligh. Kedua, mengembangkan seluru potensi dan kehidupan yang bermacam-macam. Ketiga, mengarahkan seluru fitrah dan potensi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya. Keempat, proses ini dilakukan secara bertahap. Dari sini diambil kesimpulan bahwa pendidikan
Islam adalah proses mengembangkan seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut nilai-nilai normatif Islam.
Manusia Menurut Pendidikan Islam
Islam memandang manusia dalam dua dimensi, yakni jasad dan ruh atau material dan spiritual. Akan tetapi, pandangan ini tidak menghilangkan proses penciptaan, fungsi dan tujuan hidup manusia. Lebih dari itu, Islam secara tegas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah, dapat didik dan mendidik (homo educabile), hamba Allah (‘abd Allah) yang mulia, berfungsi sebagai pemimpin atau pengelola bumi (kholifah fi al-ardl), dan terlahir dalam keadaan suci atau memiliki kecenderungan menerima agama atau fithrah.( Abd. Rahman Assegaf. Pendidikan Tanpa Kekerasan, Tipologi kondisi, kasus dan konsep, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), hlm. 204.)

Seperti dalam sabda Rasul; “Manusia dilahirkan dengan fitrah (tabiat atau potensi yang suci dan baik), hanya ibu bapak (alam sekitar)nyalah yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi”.

Dalam pendidikan Islam pada dimensi bahwa manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik, manusia berpotensi sebagai objek dan subjek pengembangan diri. Potensi pada diri manusia tidak dapat berkembang tanpa ada bantuan dari luar, contohnya pendidikan. Makna penting dari penekanan pada potensi manusia ini berarti memandang manusia sebagai makhluk yang berfikir, memiliki kebebasan memilih, sadar diri, memiliki norma dan kebudayaan.

Dan manusia juga dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk atau kejadian, baik fisik maupun psikisnya (QS. Al-Tin: 4), serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Karena itulah, maka sudah selayaknya manusia menyandang tugas sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Pendidik Menurut Pendidikan Islam
Pendidik, ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. Maksudnya seorang pendidik hanya manusia dewasa yang kerena hak dan kewajibabnya bertanggung jawab tentang pendidikan anak didik.

Adapun literatur kependidikan Islam, seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris dan mu’addib. Kata ustadz biasa digunakan untuk memanggil seorang profesor. Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Kata mu’allim berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti menangkap hakikat sesuatu. 

Dalam setiap ‘ilm, terkandung dimensi teoritis dan dimensi amanah. Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya, serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, dan berusaha membangkitkan peserta didik untuk mengamalkannya.

Menurut Al-Abrayi, sebagaimana dikutip olek Ahmad Tafsir, syarat dan sifat guru antara lain adalah:
  1. Guru harus selalu mengetahui karakter murid. 
  2. Harus berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya. 
  3. Guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.
Secara lebih terperinci, persyaratan dan sifat-sifat pendidik (muslim) adalah mempunyai tujuan, tingkah laku, dan pola piker yang bersifat rabbani. Selain itu guru harus ikhlas, sabar, jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya, dan harus mampu mengelola siswa dan tegas dalam bertindak serta meletakkan perkara secara proporsional. Guru juga harus mempelajari praksis anak didik dan bersifat adil kepada semua siswa.(Ibid)

Dalam uraian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru dalam pandangan Islam menempati posisi terhormat dan mulia. Tugas tersebut merupakan sarana ta’abbudiyah kepada Allah, dan sebagai salah satu tugas kekhalifaannya.

Peserta didik Menurut Pendidikan Islam
Faktor peserta didik merukan faktor pendidikan yang paling penting, peserta didik merupakan raw material (bahan mentah) di dalam proses transformasi pendidikan. Komponen pendidikan yang lain adalah peserta didik. Peserta didik adalah indivudu yang sama seperti manusia dewasa (pendidik).

Perserta didik merupakan manusia dewasa yang berukuran kecil, artinya, dari struktur dan kondisi fisiologis dan psikis, dia memiliki dimensi-dimensi yang sama dengan manusia dewasa. Sebagai individu, ia memiliki kebutuhan biologis dan psikis, persis seperti pendidik. Oleh karena itu, pendidik perlu bahkan harus memperhatikan dua dimensi ini dengan baik demi terciptanya praktik pendidikan yang benar-benar humanistik.

Dikutip dari Hasan Langgulung dalam bukunya konsep pendidikan Al-Ghazali. Tugas-tugas peserta didik menurut Al-Ghazali antara lain adalah:
  1. Belajar sebagai sarana ibadah kepada Allah. 
  2. Semampu mungkin murid hendakknya menjauhkan diri dari urusan dunia dan mengurangi ketergantungan dirinya. 
  3. Bersifat tawadhu’ (rendah hati). 
  4. Harus mempelajari ilmu pengetahuan yang terpuji baik agama ataupun duniawi. 
  5. Belajar sesuai dengan usia tinggkat perkembangan. 
  6. Murid perlu mengetahui nilai pengetahuan dari segi manfaat yang ia peroleh.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam, adalah identik dengan tujuan hidup setiap orang Muslim.Tujuan hidup setiap orang muslim dalam Al-Qur’an dinyatakan:

 “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.(QS Al-Dzariyat [51]: 56)”

 “Ibrahim berkata: "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk
agama Islam". (QS Al-Baqarah: 132)

 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS Ali ‘Imraan: 102)

Dalam menetapkan tujuan pendidikan itu harus dipengaruhi oleh nilai normatif-religius. Jadi, bahasan kali ini akan menjelaskan kajian tentang tujuan pendidikan dalam perspektif Islam yang akan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, mencakup tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional pendidikan Islam.( Baharuddin dan Moh. Makin. Pendidikan Humanistik.., hlm.175.)

a) Tujuan umum pendidikan Islam
Tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan Islam yang akan dicapai melalui semua kegiatan kependidikan, baik dalam bentuk pendidikan maupun dengan cara atau kegiatan yang lain. Tujuan umum pendidikan Islam meliputi seluru aspek kemanusiaan, yakni aspek sikap, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, dan pasangan.
Tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk insan kamil atau muslim paripurna. 

Menurut A. Malik Fadjar, tujuan demikian masih dalam pengertian abstrak-umum. Oleh karena itu harus dilakukan substansiasi sehingga yang abstrak-umum itu menjadi operasional. Al-Atas mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menciptakan manusia yang baik.

Sedangkan Marimba berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orangorang yang berkepribadian muslim. Selain itu, Al-Abrasyi mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.
Bahkan lebih umum lagi, Munir Mursyi mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia sempurna.

Jadi, secara umum dapat diambil jalan tengah bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah terbentukknya manusia yang berkepribadian muslim untuk menghambakan diri kepada Allah sesuai dengan tujuan penciptanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
 “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS Al-Dzariyat [51]: 56)

b) Tujuan akhir pendidikan Islam
Sudah dimaklumi bahwa pendidikan Islam berlangsung seumur hidup, karena itu tujuan akhir pendidikan Islam adalah pada saat hidup manusia di dunia telah berakhir. Formulasi tujuan akhir pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dapat dipahami melalui firman Allah berikut ini:
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS Al-Imran [3]: 102)

c) Tujuan sementara pendidikan Islam
Tujuan sementara merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik (peserta didik) diberi sejumlah pengetahuan dan pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan (formal). Tujuan sementara merupakan tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan di atasnya. Dalam kegiatan pendidikan Islam, terutama pendidikan formal, tujuan sementara untuk
membentuk manusia sempuna atau insan kamil sudah harus kelihatan walaupun dalam ukuran yang sederhana pada setiap jenjang pendidikannya, sekurangkurangnya beberapa ciri pokoknya sudah tampak pada pribadi anak didik.

d) Tujuan operasional pendidikan Islam
Tujuan operasional pendidikan Islam merupakan tujuan praktis yang akan dicapai oleh kegiatan pendidikan Islam (al-tarbiyah al-Islamiyah). Sebuah kegiatan pendidikan Islam dengan bahan (materi) yang sudah dipersiapkan untuk mencapai tujuan tertentu dari kegiatan tersebut merupakan sebuah tujuan operasional. Dalam operasionalisasi pendidikan formal, tujuan operasional ini disebut tujuan instruksional. Yakni tujuan yang hendak dicapai setelah kegiatan
pendidik (instruksional) tertentu berakhir.

5. Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan (Islam) berarti cara yang teratur dan terpikir baik Islam secara umum di bawah ini:
a) Metode situasional, metode ini mendorong peserta didik untuk belajar
dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan.
b) Metode tarhib wat-targhib, metode ini mendorong peserta didik untuk mempelajari bahan pelajaran atas dasar minat (motif) dengan kesadaran pribadi tanpa ada paksaan dan tekanan.
c) Metode Tanya jawab
d) Metode musyawarah dan diskusi
e) Metode nasihat dan ceramah

Leave a Reply